Skip to main content

Menulis Blog untuk Mengikat dan Berbagi Inspirasi

Banjir yang Mengejutkan di Pagi Hari

Di suatu pagi awal tahun 2020 silam, Iqbal, seorang penulis blog asal Bekasi mengalami kebanjiran di rumahnya.

Sebenarnya itu bukan pertama kalinya rumahnya digenangi air. Hanya saja biasanya yang sudah-sudah sumber banjir berasal dari rembesan dari sela-sela lantai yang terjadi setiap beberapa tahun sekali.

Sedangkan yang terjadi saat itu merupakan banjir terparah yang dialaminya, berasal dari luar rumah sekaligus rembesan sela-sela lantai.

Sepanjang malam hujan turun dengan derasnya.

Sekitar jam 5 pagi air dari luar mulai masuk ke dalam rumah melalui sela-sela ubin maupun dari luar rumah, tak terbendung.

Bahkan pintu yang disumpel kain pun akhirnya jebol bersama suara “brak!!”.

Air masuk merembes dari sela-sela dan mendobrak pintu dengan paksa. Seakan air bah skala rumahan, meluncur berebut masuk ke segala pelosok, merendam barang-barang, termasuk buku.

Akibatnya, ada ratusan buku milik Iqbal yang rusak, beserta barang-barang lainnya seperti TV, kipas angin, bahkan handphone.

Ketika banjir telah surut, Iqbal dan keluarganya memasukkan barang-barang rusak beserta sampah ke dalam karung untuk kemudian diangkut mobil pick up pengangkut urukan tanah.

Banjir, Dunia yang Rapuh, dan Gaya Hidup Minimalis

Dari pengalaman banjir yang tak terduga tersebut ada 2 hal yang menjadi perhatian Iqbal.

Pertama, pengalaman kebanjiran yang merusak barang-barang miliknya tersebut baginya merupakan penegasan kembali bahwa dunia terlalu rapuh untuk dicintai secara berlebihan.

Dunia ini terlalu rapuh.

Banyak hal dapat terjadi dalam waktu singkat, tidak butuh waktu lama, jika sudah ditakdirkan untuk rusak, rusak maka akan rusak. Ditakdirkan musnah akan musnah. Ditakdirkan mati akan mati.

Dalam waktu singkat, banjir telah memusnahkan buku-buku milik Iqbal, menyisakan hanya beberapa.

Merusak mainan-mainan penuh kenangan yang dia beli selama di Jepang maupun barang-barang lainnya.

Membatalkan berbagai rencana yang telah disusun.

Sungguh, memberikan cinta berlebihan pada dunia ini sama saja memberi cinta pada yang rapuh, fana, akan berakhir.

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat 185)

Hal yang menjadi perhatian Iqbal selanjutnya adalah bahwa ternyata membiasakan gaya hidup minimalis telah membantu dirinya merasa lebih ringan untuk merelakan kehilangan.

Beberapa tahun terakhir sebelum mengalami banjir parah tersebut, Iqbal mengenal gaya hidup minimalis.

Asal mulanya adalah ketika dia menemukan buku The Life-Changing Magic of Tidying Up yang ditulis oleh Marie Kondo.

Setelah itu dia mulai membaca artikel-artikel terkait gaya hidup minimalis.

Gaya hidup minimalis adalah fokus pada apa yang benar-benar berharga atau penting bagi diri dan meninggalkan apa yang menghalangi diri dari hal berharga tersebut.

Iqbal merasa tertarik dengan gaya hidup tersebut dan mulai mencoba menata kembali hidupnya.

Salah satu yang dilakukannya adalah dengan berlatih menyingkirkan barang-barang yang tidak spark joy sebagaimana metode KonMari yang diperkenalkan oleh Marie Kondo.

Dia kemudian mencoba melakukan kegiatan bersih-bersih dan berbenah selama 30 hari. Hasilnya dia berhasil menyingkirkan beberapa barang baik untuk dijual, diberikan ke orang lain, ataupun dibuang.

Karena telah cukup berlatih menyingkirkan barang, ketika terjadi banjir yang tak terantisipasi tersebut dia jadi merasa lebih ringan untuk merelakan.

Bukan merelakan dalam arti tidak merasa sedih sama sekali, karena dia sangat tidak ingin terjadi peristiwa tersebut lagi, terlebih dia dan keluarganya harus mengungsi ke rumah saudaranya selama seminggu.

Hanya saja, dia merasa terbantu hatinya untuk lebih bisa merelakan.

Dalam proses bersih-bersih rumah akibat banjir tersebut, Iqbal mendapati buku-buku miliknya yang telah rusak akibat tergenang.

Koleksi buku yang dibelinya dari hasil jerih payahnya. Ada buku yang satuan, ada yang satu set isi beberapa jilid. Rusak.

Saat itu dia merasa tak perlu berlama-lama menanganinya, dia tidak ingin menjemurnya atau mengupayakan recovery.

Dia langsung memasukkannya ke karung-karung sampah untuk dibuang.

Buku-buku itu, yes, pernah mengisi rak bukunya. Tetapi sekarang mereka harus pergi. It’s the time for them to go. Bahkan rak bukunya juga sudah hancur.

Dia merasa lebih baik membiarkan buku-buku koleksi perpustakaan pribadinya pergi dan tidak berlarut memikirkan apa yang sudah rusak.

Dengan segera menyingkirkan barang-barang rusak tersebut tanpa terpikir untuk memperbaiki atau menyelamatkannya, dia bisa lebih fokus mensyukuri apa yang tersisa dan memperhatikan keselamatan dan keamanan bersama.

Kegiatan menyingkirkan barang-barang tersebut malah pada level tertentu menghadirkan sensasi rasa yang unik, seakan dia sedang melakukan marathon berbenah ala KonMari.

Suatu perasaan yang sepertinya bisa dipahami para penggemar KonMari maupun penggiat gaya hidup minimalis.

Semakin Terdorong untuk Berbagi Inspirasi

Peristiwa banjir tersebut semakin membuat Iqbal menyukai gaya hidup minimalis.

Dia juga semakin antusias jika menemukan orang yang merasakan hal yang sama.

Antusiasme tersebut mendorong dirinya membeli beberapa buku The Life Changing Magic of Tidying Up, untuk dibagikan kepada orang-orang terdekatnya.

Buku tersebut dianggapnya sebagai salah satu buku penting yang berpotensi mengubah hidup pembacanya untuk menjadi lebih baik lagi.

Dia sangat berharap andai dia menemukan buku tersebut jauh lebih awal lagi. Dia juga ingin orang lain merasakan manfaat yang sama.

Selain membagikan buku tersebut, Iqbal juga menulis review buku tersebut di blognya, dan berharap akan bisa dibaca lebih banyak orang.

Blog yang bernama diakhir.blog tersebut merupakan tempat Iqbal menulis beberapa hal yang dirasa penting olehnya untuk diingat, dipahami, dijalani, atau dilakukannya.

Harapannya agar orang-orang yang membacanya juga memperoleh manfaat sebagaimana dia menginginkan manfaat itu untuk dirinya.

Pernahkah Anda merasa baru saja menemukan film yang menurut Anda sangat bagus? Atau buku yang sangat inspiratif? Atau tempat makan yang sangat nikmat?

Kemudian Anda dengan suka rela mengabari keluarga atau teman tentang film, buku, atau tempat makan tersebut.

Anda sambil mata berbinar berusaha meyakinkan orang-orang untuk merasakan keseruan yang Anda rasakan.

Itu hal yang lumrah, bukan?

Antusiasme berbagi informasi dan inspirasi adalah hal yang mendorong Iqbal menulis blog tersebut.

Dengan tagline mengikat inspirasi untuk akhir yang baik, dia berharap bisa mencatat dan membagikan inspirasi yang ditemukannya di sepanjang perjalanan hidupnya agar kelak bisa memperoleh akhir hidup yang baik atau husnul khatimah.

Berbagi itu peduli:

Comment Policy:

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui. Untuk komentar out of topics silahkan masuk ke Forum Kompi Ajaib
Buka Komentar
Buka Komentar
Jangan Diklik!

Menarik Untuk Dibaca Juga:


PrivacySitemap
©2021 KOMPI AJAIB